Kabupaten Keerom adalah sebuah kabupaten di Provinsi Papua, Indonesia. Menurut de facto, ibu kota kabupaten ini terletak di Distrik Arso, namun menurut undang-undang ibu kota kabupaten ini berada di Distrik Waris, sehingga beberapa waktu kedepan akan ada pemindahan ibu kota kabupaten.[6] Sebelum berdiri sendiri sebagai kabupaten otonom, Keerom pernah menjadi bagian dari Kabupaten Jayapura. Populasi penduduk pada tahun 2020 berjumlah 64.136 jiwa.[3] Ada 5 distrik di kabupaten ini yang berbatasan langsung dengan negara tetangga, Papua Nugini, yakni distrik Web, Towe, Yaffi, Waris, dan Arso Timur.[3]
Kabupaten Keerom adalah salah satu daerah tujuan transmigrasi di Pulau Papua yang menyuplai kebutuhan hasil pertanian untuk Kota Jayapura. Daerah utama yang dijadikan kawasan transmigrasi adalah Distrik Arso.
Geografi
Kabupaten Keerom secara geografis berbatasan langsung dan berada di dekat perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini. Memiliki luas 9.365 km², secara astronomis Kabupaten Keerom terletak antara 1400 15' 0 - 1410 0'0 Lintang Selatan dan 20 37' 0 - 40 0' 0 Bujur Timur.[3]
Batas wilayah
Kabupaten Keerom memiliki batas-batas wilayah administratif sebagai berikut:
Topografi wilayah Kabupaten Keerom merupakan lahan dengan kemiringan sekitar 52,2%. Untuk wilayah lahan datar sekitar 44,05% sedangkan 2,75% adalah wilayah perbukitan dan rawa. Daerah datar umunya tersebar dibeberapa kawasan pada Distrik Arso, Skanto, Waris, Senggi dan Web.
Ketinggian Kabupaten Keerom berkisar antara 0 – 2000 M di atas permukaan laut, di mana Distrik Arso, Arso Timur dan Distrik Skanto merupakan daerah terendah dengan ketinggian 0 – 1000 M di atas permukaan laut. Sedangkan Distrik Waris, Senggi, Web dan Towe berada pada ketinggian 500 – 2000 M dari permukaan laut.
Tekstur tanah di wilayah Kabupaten Keerom 99,36 % merupakan tanah bertekstur halus. Tanah dengan tekstur gambut terdapat di Distrik Senggi yang meliputi 0,42 % dari wilayah Kabupaten Keerom.
Iklim
Wilayah Kabupaten Keerom diklasifikasikan sebagai wilayah beriklim tropis basah karena curah hujan cukup tinggi per-tahunnya dengan suhu udara rata-rata mencapai 30,5-35,1 °C dengan kelembaban udara antara 80-89 % dalam 0 °C. Berdasarkan catatan dari Balai Meteorologi dan Geofisika, pada tahun 2007 jumlah curah hujan di Kabupaten Keerom sebesar 1.096 mm. Sedangkan jumlah curah hujan tahun 2006 yaitu sebesar 980 mm. Hari hujan pada tahun 2007 yaitu sebesar 105 hari. Sedangkan jumlah hari hujan yang terjadi pada tahun 2006 yaitu sebanyak 106 hari hujan.
Sejarah
Berikut ini adalah sejarah singkat Keerom sejak tahun 1909:[7]
Tahun 1909, Pemerintah Belanda menugaskan seorang marinir bernama C. Ruhl, untuk melaksanakan penyurveyan batas-batas wilayah antara wilayah Nieuw Guinea Belanda dan Nieuw Guinea Jerman.
Pada masa pemerintahan Belanda sebagaimana yang diatur dalam Besluit Bewindsregelling Nieuw Guinea, wilayah Keerom disebut sebagai Onderafdeeling Keerom yang berada di bawah pemerintahan Afdeeling Hollandia. Suatu onderafdeeling terbagi ke dalam beberapa district yang dikepalai oleh seorang districthoof atau bestuur.
Antara tahun 1912 hingga berakhirnya pemerintahan Belanda, wilayah Keerom lebih banyak diperhatikan dari kalangan MisionarisKatolik.
Pada tahun 1940, untuk pertama kalinya Pos Pemerintahan/District didirikan di Yamas yang dipimpin oleh Bestuur Yakob Tabu.
Pada tahun 1942 Pos tersebut dipindahkan ke Wemby dan seterusnya dipindahkan ke Arso pada tahun 1944.
Pada tahun 1942 juga dibuka District baru di wilayah Waris di bawah pimpinan Bestuur Ohee.
Dari tahun 1943 hingga tahun 1959 Bestuur D. Demonggreng mengepalai Pos Pemerintahan di Desa Yafi (Yabanda).
Pada tahun 1959, Pos Pemerintahan yang semula berkedudukan di Desa Yabanda dipindahkan ke Oebroeb (Web) dan mengubah statusnya menjadi Pemerintahan Onderafdeeling Keerom yang dikepalai oleh Hoofd Van Plaatselijk.
Bestuur Mr. Lind (Kepala Pemerintahan Setempat) Sejak 1 Juni 1950, Nederland Nieuw Guinea yang semula berstatus Neolandschap diubah menjadi Zelfbestuurend Landschap.
Setelah integrasi, KPS Ubrub dikepalai oleh Yosep Leroux, kemudian Alberth Sitorus hingga tahun 1974.
Pada tahun 1974 wilayah Keerom terbagi menjadi empat kecamatan, yaitu: Web, Senggi, Waris dan Arso.
Pada tahun 1978 wilayah Keerom dibentuk sebagai suatu Wilayah Pembantu Bupati.
Pada tahun 1991 Wilayah Pembantu Bupati Keerom diubah menjadi Badan Koordinasi Pemerintahan (Bakorpem) Wilayah Keerom yang dipimpin oleh Drs. Billy Jamlean.
Hingga kemudian berdasarkan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2002, tanggal 11 November 2002 wilayah Bakorpem Keerom dibentuk menjadi suatu wilayah Kabupaten baru dengan nama Kabupaten Keerom.
Keerom dalam pemahaman yang harfiah dimengerti sebagai ungkapan: "Mari ke sini, kita pergi akan kembali" ini dikemukakan oleh seorang misionaris Belanda bernama P. Frankenmolen pada tahun 1939 yang pada waktu itu bersama dengan orang atau masyarakat asli akan pergi ke suatu tempat dengan tujuan tertentu. Setibanya di Kali atau Sungai Paai, tiba-tiba terjadilah banjir besar sehingga mereka tidak dapat menyeberang sehingga diputuskan untuk kembali ke tempat tinggal yang semula. P. Frankenmolen memanggil masyarakat dengan kata Keer Om yang artinya "kembali pulang ke rumah".
Pemerintahan
Tahun 2006, Pemerintah Daerah Kabupaten Keerom memiliki 5 distrik, 48 kampung, Pada tahun 2007 terjadi pemekaran distrik sehingga saat ini memiliki 7 distrik, 61 kampung. Dilihat dari komposisi jumlah kampung, Distrik Arso memiliki jumlah kampung terbanyak yaitu sebanyak 17 kampung. Sedangkan Distrik Waris, Distrik Senggi dan Distrik Web memiliki jumlah kampung paling sedikit yaitu masing-masing berjumlah 6 kampung.
Di wilayah Kabupaten Keerom yang terdiri dari 7 distrik, baru Distrik Arso, Skanto dan Waris yang telah dapat dijangkau dengan transportasi darat kendaraan roda 4 maupun roda 2 hingga ke kampung-kampungnya. Untuk Distrik Senggi, Arso Timur dan Web dapat ditempun dengan kendaraan roda 4 maupun roda 2 hingga ke ibu kota distrik dan hanya sebagian kecil kampungnya saja. Sedangkan untuk mencapai Distrik Towe hanya dapat ditempuh dengan transportasi udara, dan untuk mencapai kampung-kampungnya harus dengan berjalan kaki.
DPRD Keerom beranggotakan 20 orang yang dipilih melalui pemilihan umum setiap lima tahun sekali. Anggota DPRD Keerom yang sedang menjabat saat ini adalah hasil Pemilu 2019 yang dilantik pada 14 Oktober2019 oleh Ketua Pengadilan Negeri Jayapura, Khamim Thohari, di Ruang Sidang DPRD Kabupaten Keerom.[29][30] Komposisi anggota DPRD Keerom periode 2019-2024 terdiri dari 11 partai politik dimana Partai Keadilan Sejahtera, Partai Golkar, dan Partai NasDem adalah partai politik pemilik kursi terbanyak yang masing-masing berhasil meraih 3 kursi.[31]
Kabupaten Keerom terdiri atas 11 distrik dan 91 kampung dengan luas wilayah 8.390,00 km² dan jumlah penduduk 59.406 jiwa (2017) dengan sebaran penduduk 7 jiwa/km². Kode Wilayah untuk Kabupaten Keerom adalah 91.11[32][33][34]
Distrik Senggi merupakan daerah terluas yaitu 3.088,55 Km2 atau sebesar 32,98 % dari total luas Kabupaten Keerom. Sedangkan Distrik Waris merupakan daerah terkecil dengan luas 911,94 Km2 atau sebesar 9,74 % dari total luas Kabupaten Keerom. Distrik Towe memiliki jarak terjauh dari Ibu kota Kabupaten yaitu sejauh 200 Km dan sampai saat ini cara tercepat untuk mencapai distrik tersebut masih harus ditempuh lewat jalur udara, hal itu dikarenakan belum adanya infrastruktur jalan dan transportasi darat menuju distrik tersebut. Untuk menjangkau Distrik Towe hanya dapat ditempuh dengan jalan kaki.