Artikel ini perlu dikembangkan agar dapat memenuhi kriteria sebagai entri Wikipedia. Bantulah untuk mengembangkan artikel ini. Jika tidak dikembangkan, artikel ini akan dihapus.
Secara bahasa, “surat” berarti tulisan sementara incung berarti miring atau terpancug dalam bahasa Kerinci. Aksara ini tersusun dari garis lurus, patah terpancung, dan melengkung yang ditulis miring beberapa derajat.[2]
Aksara Incung merupakan turunan dari aksara Sumatera Kuno atau aksara Pasca Pallawa. Aksara ini berakar dari Aksara Brahmik yang digunakan di India. Menurut Kozok, turunan aksara pasca Pallawa di Sumatera Bagian Selatan disebut sebagai kelompok aksara Rencong. Kelompok Aksara Rencong terbagi ke dalam tiga sub kelompok yaitu:
Surat Lampung yang digunakan di wilayah Lampung.[4]
Penamaan Surat Incung juga ditulis di dalam naskah kuno beraksara Incung seperti naskah pusaka Rajo Sulah dari Siulak Mukai. Pembuka kata dari naskah tersebut berbunyi “hah basamilah mujur akung mangarang surat Incung.” Hal ini menunjukkan bahwa naskah tersebut ditulis dengan aksara yang oleh masyarakat penggunanya disebut surat Incung [5]
Penggunaan aksara Incung kemungkinan dimulai pada abad ke-14 hingga ke-15 Masehi. Naskah tertua yang menggunakan aksara ini adalah dua halaman terakhir dari kitab Undang-Undang Tanjung Tanah.[6]
Keberadaan aksara Incung pertamakali dilaporkan oleh William Marsden pada abad ke-19 Masehi. Ia mencatat aksara Incung dari informan seorang guru pribumi Kerinci yang berniaga ke Bengkulu.[7]
Naskah Incung
Naskah kuno yang ditulis menggunakan aksara Incung masih disimpan sebagai pusaka oleh Orang Kerinci hingga kini. Naskah Incung ditulis pada media berupa tanduk kerbau, bambu, kulit kayu, kertas, dan tulang.
Naskah Incung pada tanduk kerbau umumnya berisi surat perjanjian dan “tembo” yaitu sejarah dari nenek moyang komunitas penyimpan naskah. Misalnya, empat naskah tanduk yang disimpan oleh luhah Depati Sungai Lago di Mendapo Rawang. Naskah tersebut berisi keterangan silsilah dari komunitas yang menghuni Tanah Rawang. Selain itu juga diceritakan bagaimana nenek moyang mereka bermigrasi untuk membangun permukiman baru.[8]
Naskah Incung pada bambu dan kertas umum berisi prosa ratapan kesedihan dan percintaan. Unsur pantun biasanya juga ditemukan di dalam prosa Incung. Seperti misalnya pada naskah bernomor TK 102 pusaka Depati Kuning Nyato dari Dusun Tebat Ijuk, Mendapo Depati VII tertuang unsur pantun biasa yang berbunyi:
Selain berisi prosa, naskah pada bambu juga berisi tentang mantra seperti mantra kesuburan dan mantra pelindung diri yang disebut Sanggabunuh.[10]. Selain itu Naskah Incung juga memuat teks yang berisi tentang kisah Nabi Adam.[11].
Penelitian
Naskah Incung pertamakali diteliti oleh L.C. Westenenk yang mengalihaksarakan naskah tanduk pusaka Datuk Singarapi Putih Sungai Penuh pada tahun 1927. Selanjutnya, penelitian dilakukan oleh Petrus Voorhoeve pada tahun 1940-1. Voorhoeve berhasil mengalihaksarakan sekitar 134 baskah Incung.[12]
Penelitian terkini terkait pembacaan naskah Incung dilakukan oleh Wahyu Rizki Andhifani terhadap naskah bambu pusaka Rajo Sulah dan Hafiful Hadi Sunliensyar terhadap naskah pada tanduk kerbau pusaka Depati Sungai Lago dan naskah bambu pusaka Depati Anum Muncak Alam.
Budayawan lokal Kerinci juga menaruh minat dalam pengembangan aksara dan naskah Incung. Beberapa tokoh penting berjasa dalam pengembangan naskah dan aksara Incung di antaran Alimin Depati, Amiruddin Gusti, Iskandar Zakaria, dan Amir Hakim Usman.
Rujukan
^ Voorhoeve, Petrus. 1970. “Kerintji Documents”. Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde. 126 no. 4, hlm.. 369-399.
^ Alimin, dkk. 2003. Sastra Incung Kerinci. Kerinci:Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kerinci.
^ Voorhoeve, Petrus. 1970. “Kerintji Documents”. Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde. 126 no. 4, hlm.. 369-399.
^ Sunliensyar, Hafiful Hadi. 2020. Empat Naskah Surat Incung pada Tanduk Kerbau dari Mendapo Rawang, Kerinci: Suntingan Teks dan Terjemahan. Jumantara 11 (2), pp. 79
^ Sunliensyar, H. (2018). Idu Tawa Lam Jampi: Mantra-mantra dalam Naskah Surat Incung Kerinci. Manuskripta, 8(1), 31-53. doi:10.33656/manuskripta.v8i1.100
^ Sunliensyar, H. H. (2021). KISAH NABI ADAM DI DALAM NASKAH INCUNG INI ASAN PULUNG DARI KERINCI. Jurnal Lektur Keagamaan, 19(2), 583–806. https://doi.org/10.31291/jlka.v19i2.901
^ Voorhoeve, Petrus. 1970. “Kerintji Documents”. Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde. 126 no. 4, hlm.. 369-399.