Share to:

Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Institut Seni Indonesia Yogyakarta
ꦆꦤ꧀ꦱ꧀ꦠꦶꦠꦸꦠ꧀ꦱꦼꦤꦶꦆꦤ꧀ꦢꦺꦴꦤꦺꦱꦶꦪꦔꦪꦺꦴꦒꦾꦏꦂꦠ
bahasa Latin: Institutum Indonesia de Ars Yogyakarta


Lambang ISI Yogyakarta

 
Peta
 
Peta
Peta
Informasi
Nama lain
ISI Yogyakarta
JenisPerguruan Tinggi Negeri
Didirikan30 Mei 1984
Lembaga induk
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
RektorDr. Irwandi, S.Sn., M.Sn.
Staf akademik
329 (2020)
Staf administrasi
143
Jumlah mahasiswa5,591 (2020)
Sarjana5,259 (2019/2020)
Magister280 (2019/2020)
Doktor51 (2019/2020)
Lokasi
Jl. Parangtritis Km. 6.5, Glondong, Panggungharjo, Kec. Sewon, Kabupaten Bantul
, ,
7°33′39″S 110°21′23″E / 7.560709°S 110.3565°E / -7.560709; 110.3565
KampusSuburban
44.479 ekar (180,00 km2)
WarnaBiru
 
Nama julukan
  • ISI Jogja
  • ISI Yogyakarta
MaskotSaraswati
Situs webwww.isi.ac.id

Institut Seni Indonesia Yogyakarta atau yang disingkat ISI Yogyakarta (bahasa Jawa: ꦆꦤ꧀ꦱ꧀ꦠꦶꦠꦸꦠ꧀ꦱꦼꦤꦶꦆꦤ꧀ꦢꦺꦴꦤꦺꦱꦶꦪꦔꦪꦺꦴꦒꦾꦏꦂꦠ, translit. Institut Seni Indonésia Ngayogyakarta) adalah sebuah perguruan tinggi negeri yang terletak di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. ISI Yogyakarta dibentuk atas dasar Keputusan Presiden RI No. 39/1984 tanggal 30 Mei 1984 dan diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Nugroho Notosusanto pada tanggal 23 Juli 1984. Walaupun usianya sebagai institut masih tergolong muda, tetapi perguruan-perguruan yang merupakan komponen pembentukan ISI Yogyakarta sudah lama ada dan telah menunjukkan kiprahnya dalam perkembangan seni di Indonesia.

ISI telah banyak meluluskan seniman-seniman dan profesional yang tersebar dalam berbagai fungsi, profesi dan keahlian, baik di dalam maupun di luar negeri.[1] Prof. Drs. But Muchtar adalah salah satu rektor ISI yang karyanya sampai sekarang dapat dilihat di depan gedung DPR/MPR RI, di Senayan, Jakarta.

Profil

Kampus ISI Yogyakarta terletak di Jalan Parangtritis km.6, Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Institut ini mengkhususkan pada pendidikan di bidang seni, yang terkelompok ke dalam tiga fakultas, yakni Fakultas Seni Rupa, Fakultas Seni Pertunjukan, dan Fakultas Seni Media Rekam. ISI Yogyakarta juga telah membuka Program Pascasarjana yang memiliki program S-2 dan S-3 untuk konsentrasi jurusan Penciptaan Seni dan Pengkajian Seni.

ISI Yogyakarta dibentuk berdasarkan penggabungan atas tiga pendidikan tinggi seni yang sudah ada sebelumnya yaitu yaitu Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia (ASRI), Akademi Musik Indonesia (AMI), dan Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI).[2][3]

AMI dan ASTI

Akademi Musik Indonesia lahir pada tahun 1961 berkembang dari Sekolah Musik Indonesia (SMInd) yang berdiri tahun 1952; dan Akademi Seni Tari Indonesia lahir pada tahun 1963; merupakan kelanjutan dari Konservatori Tari Indonesia (KONRI) yang lahir agak jauh di belakang, yaitu pada tahun 1961.

Berdirinya AMI dan ASTI adalah juga karena dorongan yang kuat dari para pecinta seni budaya Indonesia. Walaupun jauh sebelum itu pendidikan seni secara tradisional sudah ada, tetapi untuk meningkatkan, baik secara vertikal maupun horisontal diperlukan lembaga-lembaga pendidikan seni yang formal dan modern.

Pada awal tahun 1973, sidang antara para pimpinan STSRI, AMI, ASTI dan beberapa akademi kesenian lainnya dengan pejabat-pejabat dari Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, sepakat untuk membentuk suatu lembaga pendidikan tinggi seni yang lebih luas cakupannya dan lebih besar kewenangannya baik di bidang seni maupun dari segi ketentuan-ketentuan pendidikan tinggi.

ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia)

Mahasiswa Akademi Seni Rupa Indonesia sedang melukis, 1971.

ASRI berdiri atas dasar surat Keputusan Menteri PP dan K Nomor 32/Kebud tanggal 15 Desember 1949. Peresmiannya dilakukan pada tanggal 15 Januari 1950 oleh Menteri PP dan K saat itu, S. Mangunsarkoro. Perubahan status terjadi pada tanggal 4 November 1968, yaitu menjadi Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia (STSRI), lewat SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0100/1968. Dengan nama baru STSRI itu, sebutan ASRI tidak dihilangkan karena dimanfaatkan sebagai nama yang telah akrab di masyarakat.

Pada tahun 1969, dipelopori oleh Soedarso, Sp., MA, mengganti sistem kenaikan tingkat atau studi tahunan dengan sistem semester dan studi terpimpin dalam Satuan Kredit Semester (SKS). STSRI “ASRI” menjadi pelopor dalam pemakaian sistem ini.[butuh rujukan] Tentu saja sistem ini dimaksudkan mendorong tradisi dan etos belajar mahasiswa untuk menjadi lebih disiplin, karena untuk mencapai derajat sarjana diperlukan target capaian yang berbobot ilmiah pula. Sebutan Fakultas Seni Rupa merupakan nomenklatur terakhir menyusul berdirinya Institut Seni Indonesia Yogyakarta yang secara resmi dibentuk melalui SK Presiden RI Nomor 39/1984 tanggal 30 Mei 1984.

Fakultas dan Program Studi

Fakultas Seni Pertunjukan

  • Program Studi D-4 Penyajian Musik
  • Program Studi S-1 Musik
  • Program Studi S-1 Pendidikan Musik
  • Program Studi S-1 Penciptaan Musik
  • Program Studi S-1 Etnomusikologi
  • Program Studi S-1 Teater
  • Program Studi S-1 Tari
  • Program Studi S-1 Karawitan
  • Program Studi S-1 Pedalangan
  • Program Studi S-1 Pendidikan Seni Pertunjukan

Fakultas Seni Rupa

  • Program Studi D-4 Desain Mode Kriya Batik
  • Program Studi D-4 Desain Media
  • Program Studi S-1 Seni Murni
  • Program Studi S-1 Kriya
  • Program Studi S-1 Desain Interior
  • Program Studi S-1 Desain Produk [4]
  • Program Studi S-1 Desain Komunikasi Visual
  • Program Studi S-1 Tata Kelola Seni
  • Program Studi S-1 Konservasi Seni

Fakultas Seni Media Rekam

  • Program Studi D-4 Animasi
  • Program Studi D-4 Produksi Film dan Televisi
  • Program Studi S-1 Fotografi
  • Program Studi S-1 Televisi dan Film

Program Pascasarjana

  • Magister Seni (S-2)
  • Magister Tata Kelola Seni (S-2)
  • Doktor Seni (S-3)

Profil program studi

Fakultas Seni Rupa

S-1 Seni Murni

Program Studi S-1 Seni Murni memiliki tiga minat pilihan yaitu Seni Lukis, Seni Patung, dan Seni Grafis. Mahasiswa yang menempuh pendidikan di Program Studi S-1 Seni Murni berpeluang menjadi seniman yang berkarya mandiri dan menggelar karyanya melalui pameran seni, selain itu beberapa lulusan seni murni banyak pula yang memilih sebagai pekerja di bidang seni rupa seperti ilustrator, kurator, guru seni rupa, ASN di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Pariwisata, serta berwirausaha mandiri di bidang seni rupa.

S-1 Kriya

Mahasiswa yang menempuh Program Studi S-1 Kriya berpeluang untuk bekerja di industri kriya memiliki ragam pilihan kerja seperti menjadi seniman, pengajar, desainer perhiasan, desainer fashion, desainer tekstil/batik, desainer aksesori interior, dll. Dengan bekal kemampuan kriya dan pengetahuan seni tradisi, lulusan kriya bisa memilih menjadi pengusaha ekspor kerajinan serta ASN di Kementerian Perindustrian dan Kementerian Pariwisata.

S-1 Desain Interior

Mahasiswa yang menempuh Program Studi Desain Interior berpeluang untuk menjadi desainer pada biro konsultan Interior, dekorasi dan ekshibisi, desainer industri mebel dan aksesori interior, visual merchandiser pada industri retail, kontraktor industri interior, pengusaha mebel dan aksesori interior, penulis di media interior, ASN di kementerian/lembaga, seperti Kementerian Pariwisata, Kementerian Perindustrian, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, dan Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Alumni

Lihat pula

Pranala luar

Referensi

  1. ^ http://www.koran-sindo.com/read/957316/151/mengenal-kekayaan-bahari-ambon-zaman-dulu-1422507545 Diarsipkan 2015-01-29 di Wayback Machine. Koran Sindo, diakses 29 Januari 2015
  2. ^ http://isi.ac.id/program/ ISI Yogyakarta: Program
  3. ^ http://program.indonesiakreatif.net/university/institut-seni-indonesia-yogyakarta/ Diarsipkan 2015-01-29 di Wayback Machine. Indonesia Kreatif, diakses 29 Januari 2015
  4. ^ Desain Canva Diarsipkan 2022-09-10 di Wayback Machine., Indo Desain. Diakses 10 September 2022.
Baca informasi lainnya:
Kembali kehalaman sebelumnya